--=S e l a m a t D a t a n g di Website H M I K o m i s a r i a t Tarbiyah S T A I N K E D I R I Cabang Kediri=--

Saturday 19 January 2019

SEJARAH TERBENTUKNYA FILSAFAT YUNANI : MAZHAB MILESIAN


"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda".
-Tan Malaka-


Kediri, 25 Oktober 2018 ~ Meretas pemahaman filsafat di dalam sebuah forum diskusi yang diselenggarakan bersama kawan-kawan di gang Mertojoyo. Mengenal filsafat. Dari mana asal muasalnya filsafat ? Kenapa manusia berfilsafat ?. Dan pertanyaan mengenai entitas alam, manusia, dan tuhan. Menjadi topik hangat yang dapat diperbincangkan.

Menitih dari kata filsafat itu sendiri, berasal dari bahasa Yunani yakni philo dan shopos adalah cinta dan kebijaksanaan atau kebenaran atau biasa disebut philein dan shopia yakni mencintai dan kebenaran. Bila ditarik ke dalam bahasa Inggris yakni Philosophy (love of wisdom) proses di dalam aktivitas itu sendiri sehingga membentuk karakter-karakter yang memiliki power untuk mengetahui sesuatu (the power of kepo). Secara bahasa Arab biasa disebut as_siyasah.

Bila mengenal kata Milesian sudah tidak asing lagi bagi para pecinta ilmu pengetahuan. Berakar dari sebuah wilayah di bagian Asia, yakni Yunani (ionia). Wilayah Mileteus adalah wilayah yang memunculkan peradaban baru. Bagaimana tidak melalui wilayah ini, terlahir banyak tokoh-tokoh hebat seperti Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Mereka inilah yang mengubah pandangan pola berpikir masyarakat berawal dari kepercayaan (natural religion) menjadi rasional (cultural religion) di dalam mencari sebuah entitas kebenaran.

Peradaban berawal dari sungai Nil, Eutrat, dan Tigris yang disekitar tata letak sungai itu terdapat ladang yang ditumbuhi dengan tanaman-tanaman yang subur. Sehingga mampu menghidupi perekonomian masyarakatnya. Wilayah Mesir, tepatnya Babilonia sudah terdapat bangunan-bangunan semacam Piramida yang mana bangunan-bangunan tersebut memiliki luas bangun ruang tersendiri, memiliki nilai hitung di tiap-tiap sisinya. Menjadikan wilayah tersebut sebagai peradaban yang maju. Meskipun masalah ketimpangan, perselisihan, prinsip keadilan, dan konsep persamaan menyelimuti wilayah tersebut antara si miskin dan si kaya. Sehingga berdampak si miskin melakukan penjarahan harta benda terhadap si kaya dan si kaya merusak dan menghancurkan sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh si miskin.

Masuk di abad ke-5 SM terdapat tokoh yang bernama Homerus yang mencoba memantik dengan mengkritisi fenomena alam semesta (Kosmologi). Dia mengkritisi matahari dan bumi yang katanya matahari itu jantan dan bumi itu betina serta berupaya untuk mencari kebenaran tersebut. Lalu tercetuslah dua buah karyanya yakni Iliyas dan Odyseus. Melalui karya itu banyak dari masyarakat mulai terbangunkan serta mengubah pola sistem di dalam berpikir dari menyakini kepercayaan (natural religion) lalu bergeser menjadi rasional (cultural religion). Meskipun pengistilahan Filsafat pada waktu itu sebagai disiplin ilmu masih belum ada dan penamaan istilah-istilah yang lain pun belum ada, namun masyarakat sudah melakukan aktifitas berfilsafat pada waktu itu.

lalu muncul tokoh yang bernama Thales pada abad ke-6 SM. Tokoh ini memiliki pemikiran bahwa air adalah sumber subtansi kebenaran itu sendiri. Bagaimana tidak bumi ini ibarat mengapung di atas permukaan air, serta air ini sebagai unsur utama terciptanya bumi dengan segala isinya. Awal makhluk hidup diibaratkan bagaikan ikan yang mengapung di atas permukaan bumi. Dari sini Thales pun dijuluki sebagai bapak filsafat pertama.

Tokoh lainnya yakni Anaximandros atau Anaximander, melalui pemikirannya Anaximandros berasumsi bahwa kebenaran itu berawal dari udara. Udara menjadi kebenaran yang tidak dapat dibagi dengan unsur-unsur yang lainnya. Bagaimana tidak bila air dihadapkan dengan api maka ia akan memanas lalu menguap atau mengudara, bila udara dihadapkan dengan air maka ia akan mendingin atau udara dingin, begitu juga bila dihadapkan dengan api maka akan menghangat atau udara hangat. Entitas unsur inilah yang mengakibatkan udara menjadi kebenaran itu sendiri.

Melanjutkan akan kebenaran udara muncul seorang tokoh yang menentang akan kebenaran itu yakni Anaximenes. Anaximenes adik dari Anaximandros menentang kebenaran dari sang kakak. Dia mengemukakan bahwa kebenaran itu adalah udara yang mengencer itu menjadi api, kalau dipadatkan menjadi air, air dipadatkan menjadi tanah, dan tanah dipadatkan menjadi batu serta membagi udara menjadi beberapa bagian yakni udara dingin (udara di kutub), udara basa (reaksi embun), dan udara panas (udara yang diuapkan).

Berawal dari peristiwa-peristiwa yang ada, lalu sejarah terbentuknya filsafat Yunani pun ada. Meskipun peristiwa-peristiwa tersebut belum dikatakan sebagai sejarah filsafat Yunani, namun awal dari lahirnya sejarah filsafat pun bermuara dengan adanya pemantik sejarah terbentuknya filsafat Yunani.

Demikianlah sedikit tulisan yang penulis tuangkan ke dalam tulisan. Semoga menjadi bahan untuk merefleksikan diri dan berfikir akan kebesaran alam raya serta keagungan dzat yang yang maha agung. Aamiin.

Sekian dan terima kasih.


Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More